ERA PERUBAHAN

MULAI DARI SAAT INI, MULAI DARI DIRI SENDIRI, MULAI DARI HAL YANG TERKECIL

Minggu, 10 Oktober 2010

Cetusan Kalbu Mengungkap FAKTA


18.52 |

INILAH jeritan hati seorang Narapidana politik Muslim, korban kezaliman rezim Soeharto, semasa Beny Moerdani menjadi Pangab dan Try Sutrisno sebagai Kasad. Ditulis pada 1986 di L.P. Permisan Nusakambangan, setelah Sang Napol divonis 13 tahun penjara karena dituduh bercita-cita mendirikan Negara Islam, dan mempublikasikan pikiran-pikiran "subversi" tersebut melalui Tabloid Ar-Risalah yang dipimpinnya.



Pernahkan anda rasakan

bagaimana tersenyum di tengah derita?

Kusaksikan sendiri siksa di atas siksa

ditimpakan atas diri mujahid-mujahid muda, pembela risalah-Nya

Ketika kayu pemukul dan pentungan besi

Dihamtamkan pada tubuh-tubuh lunglai

Ketika kuku jemari dicabuti, kumis dan jenggot dibakar

dan tubuh dililit kawat bermuatan listrik

lalu kata-kata kotor menghina, terlontar dari mulut beracun para durjana

Sembari menyemburkan pertanyaan-pertanyaan menjebak,

di sekitar dakwah dan ide mendirikan negara Islam

Guna harapkan sepotong kata sesal dari lisan tak berdaya

Hanya takbir dan do'a pengawal tubuh berselimut luka

Seulas senyum pun tersungging

mengiringi kemenangan iman menghadapi siksa

Fakta dan pengalaman di balik penjara,

menjadi bukti kebenaran berita al-Qur'an

"Bila mereka dapat menangkapmu

Mereka akan menyakitimu dengan tangannya

Dan mencacimu dengan mulutnya"

Tapi manusiawikah menyerang ketakberdayaan dengan

keganasan binatang?

September 1984: Peristiwa Tanjung Periok terjadi

Manusia ditembak bagai binatang buruan

Awal 1989: Tragedi Lampung Berdarah

Laki-laki dibunuh dituduh pembangkang

Bayi, anak-anak dan ibu mereka jadi sasaran kemarahan

Dipanggang hidup-hidup, di dalam rumah yang sengaja dibakar

Limapuluh orang ibu-ibu, 80 orang anak-anak pria dan wanita

Akhirnya jadi korban pembantaian yang biadab

Menyusul pembunuhan muslim Aceh 1990

Jasad manusia bergelimpangan di jalanan

Di negeri ini malapetaka laksana gelombang

datang susul menyusul menimpa ummat Islam

Rezim orde Baru berdiri di atas tengkorak generasi muslim

kaki tangan mereka berlumur darah orang tak berdosa

Membunuh mereka demo stabilitas Nasional?

Ataukah tumbal bagi langgengnya kekuasaan?

Di tengah situasi dimana kezaliman diperagakan jumawa

Adakah mata titikkan airnya tangisi ummat ini

Masih adakah telinga dengarkan ratap mereka

Agaknya peduli pun orang khawatir

Menjadi syetan bisu pilihan yang aman

Tapi para durjana punya jawabnya yang bikin luka hati kian menganga

"Peristiwa itu ibarat virus kecil

Yang berusaha guncangkan tubuh yang sesat

Tak usah dipermasalahkan lagi, mereka yang mati hanya kecil saja

Ummat Islam berjuta-juta jumlahnya, harus dapat membedakan

Mana ajaran yang benar dan mana ajaran berkedok agama"

Bagai dajjal si buta sebelah, menghasut ummat tanpa rasa salah

Manakala para durjana perlihatkan jati dirinya

Lewat keganasan dan logika tentara

Iman dan akal fikiran faham soalnya

Tetapi jika mereka yang mengaku beriman dan tokoh agama

Ikut melecehkan perjuangan mujahid dakwah

Dan menganggap enteng pengorbanan mereka,

lalu melontarkan kutukan keji, menjadi agen kezaliman lewat fatwa

"Pemerintah telah bertindak benar, membasmi pengacau negara "

Kemudian menjadi alasan bertindak bagi Fir'aun

Duhai, dimanakah persaudaraan iman dan harga diri mukmin

Bukankah, berjuang menegakkan syari'at Allah

Kewajiban ummat Islam seluruhnya

Bukankah tumpahkan darah tanpa haq adalah dosa?

Menyetujui kejahatan demikian, apakah juga bukan dosa?

OHO...agaknya syetan telah belokkan hati nan jernih

Ketahuilah, Fir'aun terkenal lantaran zalim

Bal'am dilaknat sebab khianat pada agama

Lalu dengan apakah Anda dikenal dan diperkenalkan?

Terhadap petakan dan rintihan yang diderita saudara seagama

Anda malah mengelak tanggung jawab

Padahal hancurnya nasib ummat adalah taruhannya

Na'udzubillahi min dzalik



KUTULIS ungkapan ini di kala pikiranku menjelajahi dunia luar, sementara hatiku menjerit mengingat nasib manusia yang disingkirkan kerena pikirannya, dan dipenjara lantaran imannya.

Wahai Anda yang diuji di jalan ini: Janganlah minta diringankan beban perjuangan. Tapi mohonlah kepada Allah, agar ditambah kekuatan untuk mengatasi segala rintangan. Wahai Rabb yang menolong orang-orang yang disusahkan. Yang meluluskan permohonan orang-orang yang disengsarakan. Lenyapkanlah kesusahan kami, kedukaan serta kesempitan hati kami. Karena sesungguhnya Engkau melihat apa yang menimpa kami dan sahabat-sahabat kami. Amin Ya Rabbal Alamin !


Diambil dari buku:
"Bencana Umat Islam di Indonesia tahun 1980-2000"


You Might Also Like :


0 komentar:

Posting Komentar